Museum Lampung kebanggaan masyarakat di provinsi paling Selatan
Pulau Sumatera ini cukup strategis. Sebab, tak jauh dari pusat kota
Bandar Lampung, yakni hanya 15 menit perjalanan. Museum Lampung berlokasi
di Jl. Zainal Arifin Pagar Alam No. 64, Gedung Meneng, Bandar
Lampung.
Dengan memanfaatkan bangunan bergaya arsitektur khas Lampung,
museum ini menyimpan beragam benda prasejarah, benda budaya, serta flora dan
fauna khas Lampung. Berdasarkan data tahun 2011, Museum Lampung menyimpan
sekira 4.735 benda koleksi. Benda-benda tersebut terbagi dalam 10 kelompok,
yaitu koleksi geologika, biologika, etnografika, historika,
numismatika/heraldika, filologika, keramologika, seni rupa, dan teknografika.
Koleksi terbanyak adalah etnografika yang mencapai 2.079. Koleksi
etnografika merupakan benda yang biasa dipakai dalam kehidupan sehari-hari dan
yang menjadi ciri khas kebudayaan masyarakat Lampung di masa lampau.
Pembangunan Museum Lampung telah dimulai tahun 1975 dan peletakan
batu pertama dilaksanakan tahun 1978. Akan tetapi, peresmiannya baru
dilaksanakan pada 24 September 1988 dan diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan kala itu, Prof. Dr. Fuad Hasan. Peresmian tersebut bertepatan dengan
peringatan Hari Aksara Internasional yang dipusatkan di PKOR Way Halim.
Museum Lampung, salah satu tempat kunjungan wisata sejarah sebagai
sarana pendidikan, penelitian dan rekreasi. Di halaman museum, bahkan
beberapa koleksi unik museum ini akan sudah menyambut setiap pengunjung. Tampak
meriam kuno peninggalan masa penjajahan menjadi salah satu ikon dari Museum
Lampung itu sendiri. Selain meriam, replika rumah adat Lampung juga berdiri di
halaman museum. Rumah adat lampung dikenal berbentuk panggung yang dimaksudkan
untuk melindungi si pemilik rumah dari binatang buas.
Di tambah lagi, ada juga bola besi pembuka lahan. Bola besi ini
identik dengan identitas Lampung sebagai daerah tujuan transmigrasi pada
1953-1956. Bola besi ini digunakan untuk membuka lahan transmigrasi di wilayah
Lampung Timur, Raman Utara dan Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur, Seputih
Banyak, dan Seputih Raman. Adapun cara pengoperasiannya adalah dengan ditarik
dua traktor guna menumbangkan pohon dan semak di areal tanah datar yang akan
menjadi lokasi transmigrasi.
Sementara di dalam museum, koleksi yang ditampilkan, antara lain
koleksi benda budaya yang mewakili dua kelompok adat yang dominan di Lampung,
yakni Sai Bathin (Peminggir) dan Pepadun. Kedua kelompok adat ini masing-masing
memiliki kekhasan dalam hal ritual adat dan perangkat atau aksesori adat,
seperti kain tradisional khas Lampung, kain tapis. Rangkaian ritual kedua kelompok adat
masing-masing ditampilkan berurutan, mulai dari ritual kelahiran, asah gigi
menjelang dewasa, pernikahan, hingga ritual kematian.
Museum terdapat zona fauna khas Sumatera yang terdiri dari gajah,
harimau, trenggiling, dan sebagainya. Juga terdapat diorama Gunung Krakatau
meletus tahun 1883. Selanjutnya, di sepanjang koridor belakang, banyak terdapat
situs purbakala neolithikum yang hidupnya nomaden, beberapa arca, menhir, dan
lainnya.
Koleksi museum juga termasuk benda peninggalan masa Kerajaan
Sriwijaya dimana Lampung masuk ke dalam wilayah kekuasaannya. Peninggalannya
berupa naskah kuno di atas daun lontar, arca, baju besi pengawal kerajaan,
pakaian adat berusia puluhan tahun, keramik, perhiasan kuno, dan uang
benggol. Museum ini juga menyimpan beberapa peninggalan Radin Inten yang
merupakan pahlawan Lampung dan keturunannya, seperti senjata dan lainnya.
Secara umum, koleksi museum meliputi berbagai benda peninggalan
zaman prasejarah, zaman Hindu-Buddha, zaman kedatangan Islam, masa penjajahan,
dan pasca-kemerdekaan. Selain dapat melihat-lihat koleksi museum, pada
waktu-waktu tertentu taman budaya atau pusat kesenian di museum ini menggelar
pagelarann musik tradisional dan tarian daerah Lampung. (*)
Post a Comment